Sebagian Karyaku

Sebagian Karyaku
Hasil Goresan dari tahun 2010-2013

Ruang Singgah

Ruang tempat persinggahan imaji, mencari arti sunyi yang tersembunyi dalam diri demi meniti Cinta-Nya

Tampilkan postingan dengan label Refleksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Refleksi. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 November 2012

Solilokui Pergantian Hari



Mengulang hari dengan tubuh yg terkadang tak kita sadari semakin usang. 
Waktu semakin berlomba dengan kilatan cahaya. 
Perasaan masih kemarin kita berjalan bersama, 
mengiring langkah dalam satu jalan. 
Berseragam biru kemudian abu-abu.

Kini.. kita sudah memecah diri. 
Pribadi kita. 
Fisik kita. 
Aktivitas kita, telah beralih pada anak-anak kita. 
Benar-benar sim sa la bim!
Itulah tangan Tuhan 
yang membuat kita ada pada skenario hari ini.

Terimakasih Tuhan.. atas segala nikmat dan surprise 
yang kau anugerahkan di setiap nafas kehidupan kami.
by: Lis
Perpust, 26 november 2012

Kamis, 20 Mei 2010

Lipatan Memoar

Sepulang sekolah, kutaruh tas dan kuraih kitab majmu syarif. Kuberlari menuju gundukan tanah yang masih berwarna merah kupeluk kehangatan tanahnya aku tatap batu nisan yang masih baru bertengger menancap kuat di pemakaman umum bertuliskan sebuah nama dalam huruf bercetak tebal dalam huruf arab masih jelas dan kuraba sambil berbisik, ayah... aku rindu.

Kubacakan surat Yasin di atas pusaranya air matapun tak tertahan jatuh membasahi kitab yang aku pegang dan sebelum kuakhiri dengan do'a untuk almarhum, memoar di saat bersama satu-satu bermunculan. Di saat aku masih dipangku dan didudukkan di atas pundaknya masih terasa, lari pagi setiap hari minggu selalu dihabiskan berdua, ke sekolah selalu berjalan berdua dituntun dan diseberangkan dengan tatapan kasih sayangnya, di saat aku merajuk untuk dibelikan roti bermerk America dan buku tulis locomotif serta handuk good morning untuk perlengkapan PASKIBRA beliau tunaikan walau saat itu waktu telah malam dan diguyur hujan deras. Aku teringat betul ketika aku harus berseragam Dokter kecil karena aku adalah kandidat dari sekolah yang harus mengikuti pelantikan, ayah berkata suatu saat ayah ingin engkau jadi seorang dokter.

Kata-kata ayah selalu membumi dalam hatiku di kala beliau memberi nasihat janganlah menjadi orang yang selalu menerima namun jadilah orang yang senantiasa memberi." Tangan di atas itu lebih mulia kedudukannya dari tangan yang menengadah." Kata-kata itu yang sampai sekarang menjadi kebiasaanku dan menular pada anakku.

Saat yang paling menyakitkanpun harus merenggut semua kebahagiaan kami, sepulang dari Banjarmasin setelah menjemput paman, ayah jatuh sakit. Ternyata setelah diperiksa penyakit ayah sudah akut ususnya sudah ditumpangi tumor yang akarnya sudah mulai menjalar ke lubang anus. Awalnya dokter menyarankan untuk memindahkan saluran pembuangan ke perut namun ayah menolak karena beliau tak mau membebani keluarga dengan membaui setiap beliau buang air besar.

Akhirnya semua pasrah, hari-hari dijalani dengan berurai air mata karena setiap buang air besar seakan beliau sedang melawan sakaratul maut. Setiap kali melihat ibu yang selalu sabar merawatnya setiapkali itu pula air mataku jatuh. Badan ayah semakin hari semakin kurus hingga pada suatu hari beliau meminta untuk diinapkan dirumah nenek karena beliau lebih merasa nyaman berada dekat dengan nenek.

Pengobatan alternatif dan medis tiada henti. Namun kehendak Allah tak dapat ditolak hingga pada suatu shubuh setelah dispon ibu, ayah minta diselimuti karena merasa menggigil yang tiada tara. Ba'da menunaikan shalat shubuh berakhirlah amanah seorang ayah ditunaikan, tangan yang masih bersdekap masih terasa hangat namun nadi sudah tak berdetak sesungging senyum menghiasi wajahnya tubuhnya terasa dingin beliau pergi di saat ibu juga sedang shalat shubuh.

Aku mendengar ibu berucap Innalillaahi wa innaillaihi rooji'uun... semua kaget dan memburu ayah, ibu telah ikhlas dengan kepergian ayah 7 bulan ayah menjalani sakit dengan penuh keshabaran. Tersiar berita ayah meninggal semua sanak saudara berdatangan tetagga jauhpuh berhamburan untuk melayat. Setelah dishalatkan jenazahpun harus segera dikebumikan dan meninggalkan pekarangan menuju tempat peristirahtan terahir. Jalan raya yang kami lalui dipenuhi orang-orang yang mengantar jenazah, kendaraanpun lengang yang biasanya rame. sehingga tak ada kesulitan untuk melewatinya.

Aku ingat saat terakhir kali ayah membelikan seragam berwarna putih biru yang panjang karena beliau tahu kalau putrinya sudah mendapat haid pertama dimana saatnya seorang ayah menutupi perhiasan putri kesayangannya dengan busana yang memenuhi tuntutan syar'i. Itulah amanah terakhir ayah untukku.

Aku adalah anak bungsu yang paling disayanginya, beliau meninggal di saat aku sedang butuh-butuhnya bimbingan beliau. Beliau tinggakan kami untuk selama-lamanya di saat aku berusia baru menginjak remaja saat itu aku baru menginjak 12 tahun.

****


Sekarang aku telah berusia 32 tahun, 20 tahun sudah kami hidup tanpa kehadiran ayah, namun kehangatan dan kharismanya masih hidup dalam hati kami anak-anaknya. Terutama amanah terakhirnya untuk menjaga aurat sampai kini alhamdulillah belum pernah kutampakkan perhiasanku/auratku selain muhrimku. Terima kasih ayah, engkau telah mengajarkan konsep hidup dan telah tunaikan amanah-Nya. Namun maafkan aku aku tidak bisa menjadi dokter sesuai keinginan ayah, walau demikian kini aku tengah mengabdikan ilmu yang kuperoleh untuk anak bangsa.

****

By: Liz
Bandung, 16 Mei 2010

Written on Saturday · ·

Minggu, 29 November 2009

"AFIDZ"

Bismillahir rohmaanir rohiim

Afidz.. kami biasa memanggilnya, bukan cedal tapi memang singkatan dari namanya yaitu Abdul Hafidz. Usianya belum genap 6 tahun memang.. tapi kini sudah mulai masuk SD. Bahasa yang kuajarkan sehari-hari adalah bahasa Sunda karena aku merasa prihatin dengan anak-anak sekarang khususnya suku Sunda yang banyak mengeluh tidak bisa menggunakannya dengan baik, padahal sebagai bahasa Induknya.

Aku banyak terpesona dengan tingkah lakunya, di saat aku sedang sakit anakku sering menasihati dengan kata- kata " shabar ya..bu" dan di dalam do'anya selalu diselipkan do'a untukku, terdengar begitu jelas dari mulut mungilnya " Ya Allah...damangkeun (sembuhkan) ibu." Ramadhan tahun lalu sudah mulai belajar shaum walau setengah bulan dilalui tidak full dan setengahnya lagi alhamdulillah...bisa menyelesaikannya sampai waktu berbuka tiba. Afidz tak banyak menuntut kepada orangtuanya untuk selalu memenuhi keinginannya, tidak sebagaimana yang biasa anak seusianya lakukan,nggak pernah mengeluh atau meronta.. bahkan menangis menjerit-jerit apabila keinginannya tidak dikabulkan, tidak pernah ia lakukan. Afidz selalu mengerti dengan kondisi orangtuanya. Kami sangat menyayanginya.

Yang paling menakjubkan lagi adalah pada sepertiga malam terakhir ketika kami sebagai orangtuanya nyenyak tidur, afidz membangunkan kami..dengan kata-katanya yang membuatku terpesona.
"Ayah...gugah (bangun), ibu..hayu (ayo) sholat tahajud.. Subhanallah...Alhamdulillah, Allohu Akbar..!!! basah sudah hatiku, ajakannya itu membuatku malu di hadapan-Mu Ya..Allah.
"Dan bila hidayah itu datang.. tak diduga melaui apa dan lewat siapa... "SUBHANALLAH..!!!"

BY :Liz
04/08/09
Selasa, 07.45 pm

Cakrawala Imani

Ramadhan kali ini penuh berkah dan syarat hikmah. Shaumku di tahun kemarin sempat nggak bisa full karena keluhan magku yang sudah kronis, subhanallah kini tak ada lagi keluhan..target tilawah yang kadang tersendat kini dapat selesai hanya dalam 1/2 bulan berkat kerjasama dg suami tercinta dan do'a dari teman-teman semua. Rasa syukur yang selalu kuukir dalam hidup telah menyisakan asa yang begitu indah dalam menempa ruhiyahku dg rasa itu juga hidup ini terasa begitu bermakna.

Ya..Allah kasih sayang-Mu telah mengalir dalam hidupku tak ada hentinya, begitu terasa sentuhan lembut-Mu dalam lika-likunya. Tahun ini pula aku merasa suatu perubahan dalam hidup, segala hal yang sifatnya materi dan duniawi tak lagi aku letakan di hati namun kucoba aku letakkan di tangan, ketenangan hidup aku rasakan begitu damai di hati..tak lagi punya obsesi yang selama ini membuatku terlalu cape untuk menggapainya. Lebaran kali ini aku tidak terlalu lelah dikejar ingin ini ingin itu..yang aku fikirkan hanyalah bisakah aku berbagi dengan apa yang Allah titipkan, hati ini tidak bisa merasa tenang selama keluarga atau sesama masih merasa kurang, dan ketenangan itupun aku dapatkan kembali setelah kulihat senyuman dari sesama, rasanya bahagia....sekali.

Kemarin malam aku ditegur Allah lewat sakitku yang kambuh lagi...karena 3 hari yang lalu aku terlalu memporsir diri, aku merenung....untuk apa aku lelah-lelah sementara keluarga terabaikan, aku coba memenuhi keinginan anakku yg katanya ingin kue bentuk bulan...aku turuti apa maunya namun itupun sebatas kemampuan yg Allah berikan Lebaran kali ini sungguh penuh berkah...kebahagiaan tidak bisa diukur dengan materi tapi letaknya ada dalam hati, bila hati telah merasa bahagia..Insya Allah hari-hari akan terasa begitu indah dan materipun tak ada artinya hanya sebuah cara saja dalam meraih ridho-Nya.

Pagi-pagi aku berkemas untuk shalat di Lapangan yang memang menurut sunah lebih afdhol, Setelah sampai di lokasi aku sudah merasa ada sesuatu yang berbeda..melihat sekeliling tak ada yang kenal, renunganku tentang akhir kelak melayang sempat ada pertanyaan dalam benakku..apa nanti di padang mahsyar juga seperti itu? tak saling mengenal bahkan dengan sanak saudara sekalipun yg difikirkan nanti hanyalah hisab/perhitungan akan amal. Lalu amal apakah yang selama ini aku investasikan untuk akhir kelak?

Menjelang sholat Id dilaksanakan gema takbir yang terakhir membawa ruhku membungbung tinggi menggapai cakrawala imani...yang selama ini tak aku dapatkan. di saat takbir pertama di saat tangan kuangkat ada getaran yang begitu kuat? sela-sela takbir kuucap "Subhanallah wal hamdulillah Allohu akbar" terasa ada yang hangat mengalir di kedua belah pipiku, butir-butir bening menetes tak berhenti surat Al-A'la dan al-Ghosiyah cukup menggetarkan bathinku. Air mata ini ...jatuh membasahi sajadah yang kubentang sebagai alas shalatku.. semoga menjadi saksi kelak di saat aku ditanya di alam kubur sebagai saksi dari amalanku dan semoga aku bisa mempertanggungjawabkannya.
. Subhanallah...nikmat sekali shaolat idul fitri kali ini, Ya..Allah jangan cabut kenikmatan ini dari hamba disaat kuletakkan kening ini di bumi-Mu kurasa Engkau begitu dekat, dekat...dan dekat. Subhanallah....wal hamdulillah Allohu Akbar!!!
Alhamdulillah.

by: Lizkhoirunnisa 20/09/09
Updated about 2 months ago · ·

Rabu, 21 Oktober 2009

Bebanmu adalah Bebanku

Pagi-pagi ibuku sudah telpon,"Lis, hari ini ke sekolah apa nggak?" aku jawab "nggak bu.." hari ini ibu gak enak badan..tapi cucian banyak. AKu harus ke sekolah Afidz dulu bu, soalnya hari ini ada program imunisasi, insya Allah pulangnya mampir ke rumah. Setelah mendapat telepon dari ibu aku selalu terdengar suaranya yang parau seakan menandakan bahwa beliau memang sedang sakit. Disaat aku sedang menunggu anakku di sekolah ibuku menelpon lagi dengan nada yang kesal.."Lis, benar-benar nggak ingin ketemu ibu ya..? lihat mata ibu bengkak..! kata-katanyna selalu menyayat hati, aku jawab sambil menitikkan air mata.. Lis harus gimana...bu? Lis kan lagi menunggu Afidz di sekolah..Insya Allah Lis akan usahakan ke rumah ibu pulang jemput afidz.
Ya Allah ya Robbana .. apa yang dirasakan ibuku aku merasakannya terasa berat bebannya. Beliau tinggal sendiri, kakakku sudah pada menikah dan sudah tidak serumah lagi dengan ibu. Aku sendiri tidak bisa apa-apa karena aku harus turut suami, setiap kali ibuku mengeluh aku hanya bisa menitikkan air mata.. maafkan aku bu aku belum bisa berbuat banyak untukmu.

by: Liz
Rabu
21/10/09

Sabtu, 10 Oktober 2009

Catatan Jelang 7 tahun Pernikahanku

Perjalanan cinta jasadiyahku tak seindah yang aku harapkan, di dalamnya penuh luka dan duka. Yang masih membekas dalam ingatan. Perjuangan dalam mempertahankan hidup pernah aku alami..antara hidup dan mati telah kunikmati. Bagaimana aku akan melupakan orang yang telah mengkhitbah pertama kali dalam hidupku.. jika setiap saat selalu saja ada sesuatu yang selalu mengingatkan aku dengannya sampai-sampai wajah sepupuku sendiri mirip dengannya. Terlalu dalam perasaan itu tertoreh sehingga saat ini terkadang masih terasa sayatannya.
Namun realita hidup harus tetap berjalan, aku tak boleh larut dengan semua perasaan sedih yang selama ini selalu menyelimuti hatiku, aku harus berjuang dalam meraih kebahagiaan. Dalam kesedihanku aku tak pernah lupa dengan Dia sang maha kuasa, dengan Dia sang pemilik cinta, dengan Dia sang pembolak balik hati. Shalat istikharah dan shalat malam selalu menghiasi malam-malamku. Lima tahun aku berusaha untuk melepas semua perasaan yang menyesak di dada walau terkadang selalu ada rasa penantian yang membungbung menghiasi khayalan.. hingga akhirnya aku harus tegas dalam hidup aku harus bisa mengambil keputusan untuk menentukan arah hidup yang akan aku jalani sampai pada akhirnya Allah memberi jawaban atas do'a-do'aku, aku dipertemukan dengan seseorang yang saat ini telah menjadi suamiku, yang saat ini tengah menjadi qowam dalam keluargaku. Ya..Allah, Engkau pilihkan aku suami yang baik suami yang taat pada-Mu, sungguh sangat tidak bersyukur aku jika aku harus menyia-nyiakan anugerah-Mu. Dan kini telah hadir sosok buah hati yang shaleh umurnya kini mau menginjak 6 tahun.
Menjelang 7 tahun pernikahanku sosok masa lalu itu hadir kembali, yang pernah singgah di hati 13 tahun yang lalu aku akui perasaan itu masih sensitif di benakku. Beberapa bulan terakhir hatiku begitu mengharu biru dengan luka lama yang terbuka kembali. aku merenung.. dan terdiam menikmati apa yang tengah aku rasakan. Setiap shalatku selalu kucucurkan air mata, aku takut terjebak rasa di masa lalu aku mohon perlindungan pada-Mu untuk tetap dijaga perasaan ini selalu untuk suamiku. Ya Allah .. apakah Engkau tengah menguji kesetiaanku pada suamiku..? Kini adiknya telah terhubung menjelma menjadi sahabat bagiku, yang apabila kuabaikan kehadirannya selalu marah padaku.
Ya..Robb, Engkau yang memilihkan suamiku lewat shalat istikharahku Engkau sang Murobbi bagiku, tak mungkin bagiku untuk berpaling dari suamiku yang sangat mencintaiku. Pada catatan menjelang 7 tahun pernikahanku ini, aku memohon pada-Mu Lindungi aku dari hal-hal yang akan membuatku tergelincir pada dosa dan nista. Dan kini aku telah tegak kembali pada rasa yang baru, kini aku semakin cinta pada sosok yang Engkau pilihkan yaitu suamiku tercinta. Semoga Engkau tetap melindungi dan memelihara bahtera yang tengah aku bangun bersama pasangan hidupku dengan atap keberkahan dari-Mu, dengan pondasi keimanan kepada-Mu, dan dengan tiang syari'at-Mu. Amiin...

by: Lizkhoirunnisa
Sabtu 13.30
10/10/2009

Rabu, 07 Oktober 2009

Feeling guilty

Ya...Allah, hari ini aku sedih sekali..kemarin ketika kulihat gigi anakku ternyata ada yg tumbuh pada gusi luar gigi depan bagian atas, aku cemas sekali ya..Alloh. Karena tumbuhnya bukan pada tempatnya dan menghadapnya ke depan bukan ke bawah ..ya Allah. Apa ini.. ? ya..Allah dua titik putih itu mngganggu pikiranku, kenapa aku baru memeriksanya kemarin padahal mungkin itu sdh tumbuh sekitar seminggu semenjak afidz belajar mandi dan gosok gigi sendiri aku tak memperhatikan giginya lagi...
Oh... anakku maafkan ibu nak...yg telah mengabaikan kesehatan gigimu, maafkan ibumu nak...maafkan... Ya Allah berikan kemudahan untuk mengantisipasinya, sore nanti akan bawa afidzku.. ke dokter gigi semoga belum terlambat... semoga, Amiin.. ya Alloh