Sebagian Karyaku

Sebagian Karyaku
Hasil Goresan dari tahun 2010-2013

Ruang Singgah

Ruang tempat persinggahan imaji, mencari arti sunyi yang tersembunyi dalam diri demi meniti Cinta-Nya

Tampilkan postingan dengan label My Editorial in Buletin Jendela Al Fatwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My Editorial in Buletin Jendela Al Fatwa. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 Desember 2012

Kita Bukanlah Monster




 Dari Redaksi:

Dear parents…

      Tak terasa satu semester telah berlalu, apa yang telah kita berikan untuk anak-anak tercinta kita selama proses belajar dan pendidikan, baik di rumah maupun di sekolah.Libur sebentar lagi menyapa, mari kita gunakan waktu liburan ini untuk mengevaluasi diri, sejauh mana kita telah memperlakukan anak kita.
 
       Semoga kita sebagai orangtua mampu menjadi orangtua yang bijak terhadap hasil belajar anak kita. Jangan sampai kata dan sikap kita berubah menjadi "monster" di hadapan anak kita hanya sekadar nilai raport yang diraihnya tidak sesuai dengan harapan kita. Ingatlah, anak kita bukanlah mesin robot yang kita rakit untuk mengikuti program yang kita instal. Namun mereka adalah makhluk super dengan chip super canggih yang telah Allah amanahkan dengan kepribadian dan kelebihannya. Yang seringkali kita nilai dari sisi kekurangannya.

    Mari..! Berikan pujian dan penghargaan atas hasil kerja kerasnya. Bukan berarti penghargaan dalam bentuk materi namun lebih cenderung pada pengakuan terhadap hasil yang telah dicapainya. Cium keningnya dan peluklah, ucapkan.. "kamu memang anak ayah dan ibu yang hebat." Jangan lupa, ucapkan terima kasih. Karena dengan begitu, jiwanya akan termotivasi dan merasa dihargai. Yang akan membuatnya berpikir untuk memberikan hal terbaik untuk orangtua dan hidupnya dan secara tak disadarinya akan membuatnya pandai bersyukur.

     
“Bila anak hidup dengan penghargaan Dia akan belajar menghargai dan bersyukur.” (Dorothy Law Notte). 
                        
                                                                                                         ***    
                             

                                                                                                                                                                                                  Bandung, 16 Desember 2012
   
Pem.Red. Elis Tating B, S.Pd
Editorial Buletin Al fatwa edisi 14/II/12 


.





Senin, 12 November 2012

Harta Yang Tak Akan Pernah Habis



Dari Redaksi: 

      Setiap kali mendengar “Pameran Buku”  atau “Islamic Book Fair” apa yang terbayang dalam benak kita. Memburu secepatnya, melihat-lihat saja, atau mengabaikannya? 

Jawabannya ada pada sahabat. Namun, pertanyaan di atas  dapat mengukur sejauh mana kita telah mencintai ilmu.

Pernah suatu saat terbersit dalam angan, apa yang akan saya wariskan jika telah tiada dan amalannya tak akan terputus. Apalagi, selain  ilmu. Mungkin harta, akan habis pada generasi ke sekian.. namun ilmu ia tak akan pernah habis kecuali tidak diamalkan.

Pada pameran buku  yang saya kunjungi beberapa hari yang lalu, ada suasana lain. Kali ini sungguh berbeda dengan pameran-pameran sebelumnya. Ada yang hilang, apa? Jejak yang padat dan saling berdesakan. Apakah itu satu tanda bahwa buku-buku yang merupakan sumber ilmu telah berkurang peminatnya.

Semoga saja, ada kompensasi lain dari jawaban tersebut. Entah mungkin sekarang dunia internet lebih mengasikkan dibanding harus berdesakan atau apapun alasannya. Semoga kita semua tetap menjadi pencinta ilmu dan tidak meninggalkan majelis-majelis ilmu. 

“Katakanlah, adakah sama orang-orang  yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui?” 
(Q.S Az Zumar (39): 9).   


 
(Pim.Red. Elis Tating B, S.Pd)
Editorial : Edisi 7/V/12

Sabtu, 27 Oktober 2012

Teachable



Dari Redaksi:

Assalamu’alaikum wr wb..
Dear Parent..

       Sejauh mana kita memahami peranan  kita sebagai orangtua  yang sekaligus pendidik bagi anak kita.
     
     Anak adalah cermin dari orangtuanya mereka ibarat foto copy dari diri kita, baik buruknya mereka tidak jauh dari kita sebagai teladan yang dilihat dalam kesehariannya.

       Akankah kita masih menyalahkan apa yang diperbuat anak kita, akankah kita masih mengoleksi kata-kata yang mengumbar emosi dan membuat ringan tangan kita pada tubuh mungilnya, pada keluguan sikapnya atau kah kita masih menerapkan pelabelan negatif pada mereka.

      Bukankah mereka adalah bagian dari tubuh kita, belahan jiwa kita yang kelak akan mengantarkan kita ke jannah-Nya.
 
"..Quu anfusakum wa ahlikum naaro wa quudu hann naas wal hijaaroh.." (Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya terbuat dari manusia dan batu.. (Q.S 66: 6).

     Mari kita mendidik anak kita  dengan ahsanu 'amalaa (perbuatan baik) wa qoulan kariimaa. (dan perkataan yang mulia) . Jadikanlah kita sebagai teladan baginya. 

     Disamping sebagai teladan juga mampu memiliki karakter teachable, karakter yang mampu belajar dari apa pun termasuk dari anak kita dengan berbagai karakternya.. 

Wallahu ‘alam bish shawwab..

Pim.red. Elis Tating Bardiah, S.Pd
Editorial Edisi 11/IX/I
Top of Form
Bottom of Form

Rabu, 24 Oktober 2012

Jangan Setengah-setengah

Bismillahir rahmaanir rahiim...

Tak asing bagi kita dengan istilah berkurban mulai dari perkotaan sampai jauh di pedalaman., saling berlomba melaksanakan ibadah kurban.
     
      Semoga berkurban ini tidak sebatas latah sosial dan ritual belaka namun lebih cenderung pada bentuk ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Maha yang telah mengamanahkan harta kepada kita semua dengan saling berbagi dan merasakan nikmat yang dianugerahkan-Nya.  

“Fasholli lirobbika wanhar : Maka laksanakan salat karena Tuhan-Mu dan berkurbanlah (sebagai) ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.” (Q.S 108:2)

Hewan kurban yang dipilih pun janganlah asal-asalan. Asal hewan kurban, asal harganya murah, asal dapat melaksanakan berkurban, asal ikut ngetrend dan numpang nama dalam daftar penitia kurban.

Namun pilihlah hewan yang terbaik yang berkualitas dan sesuai dengan persyaratan hewan kurban. Pada intinya jika kita ingin berbuat kebaikan janganlah setengah-setengah harus dilandasi dengan keikhlasan karena sesungguhnya apa yang kita perbuat hari ini, bagaikan menanam benih yang suatu saat akan kita tuai. 

Jika benih yang kita tanam baik maka buahnya juga akan baik pula. Dan untuk siapa buah itu, tentunya untuk yang menanamnya.

“In ahsantum ahsantum li anfusikum : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri...” (Q.S 17: 7). 

Wallahu 'alam bish shawwaab..
I'd Mubarrak!!

Bandung, 24 Oktober 2012/ 8 Dzulhijjah 1433 H
(Pimred. Elis Tating Bardiah, S.Pd)

Editorial Edisi: 12/X/I