Sebagian Karyaku

Sebagian Karyaku
Hasil Goresan dari tahun 2010-2013

Ruang Singgah

Ruang tempat persinggahan imaji, mencari arti sunyi yang tersembunyi dalam diri demi meniti Cinta-Nya

Tampilkan postingan dengan label Tugas kelas XI SMA 2014. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tugas kelas XI SMA 2014. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Mei 2015

Tugas Analitik Pasar Modal

Tugas:
1. Bacalah artikel di bawah ini
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan setelahnya

Mengapa Masih Minim Perusahaan yang Go Public?

    Jumlah perusahaan yang go public terbilang masih kecil, yakni baru sekitar 400 perusahaan. Padahal jumlah perusahaan di tanah air ditaksir bisa mencapai ratusan ribu. Mengapa? Ada hal yang menghambat perusahaan untuk bermain di pasar saham. Hambatan itu, salah satunya adalah perusahaan belum mengerti bagaimana cara masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI).

   Bertempat di Gedung BEI di Jakarta, Rabu (6/2/2013), Sarman Simanjorang, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi DKI Jakarta, mengatakan, “Kalau dari kami, memang masih belum ada yang listing (terdaftar di Bursa Efek Indonesia) ya. Tapi yang layak itu sebenarnya sudah ada.” Sarman mengatakan, anggota dari HIPPI Jakarta ada sekitar 5 ribu pengusaha. Jika melihat seluruh Indonesia, keanggotaan HIPPI bisa mencapai 250 ribu pengusaha. Untuk di Jakarta sendiri, belum ada anggota HIPPI yang melantai di BEI.

      Ia beralasan, pengetahuan pengusaha akan dunia pasar modal masih rendah. Padahal, sebenarnya, banyak perusahaan yang cukup mumpuni untuk masuk ke bursa efek. “Kita lihat misal di daerah itu sudah cukup banyak pengusaha-pengusaha lokal yang sudah layak masuk pasar modal. Tapi memang lagi-lagi pengetahuan mereka terkait bursa masih sangat rendah,” lanjut dia.

    “Kemudian budaya kita memang masih belum menyentuh bagaimana perusahaan bisa go public. Karena banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia ini dikelola oleh keluarga. Ketika ada suatu keluarga yang menginginkan go public, tapi yang lain nggak mau nah itu kendala juga,” lanjutnya.
Oleh sebab itu, HIPPI, yang merupakan salah satu wadah pengusaha, merasa berkepentingan untuk mengembangkan potensi pengusaha nasional. Salah satu caranya adalah mengajak pengusaha untuk mau menjadi perusahaan terbuka.

    Menurut Sarman, dengan masuknya perusahaan ke BEI, maka perusahaan pun dituntut untuk bisa menyediakan laporan keuangan yang transparan dan tertib. Selain itu, masuk ke pasar modal juga merupakan salah satu kesempatan bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal. Mendapatkan pendanaan, kata dia, tidak melulu harus melalui bank.

    Maka dari itu, HIPPI pun bergandengan tangan dengan BEI demi mengenalkan pasar modal ke para anggotanya. Hari ini, selain ada acara pembukaan perdagangan pasar modal oleh HIPPI, terdapat pula kegiatan sosialisasi pasar modal yang dilaksanakan selama sekitar 3 jam. Pesertanya adalah para anggota HIPPI wilayah Jakarta.

   Ke depan, asosiasi pengusaha ini juga berencana mengajak Bursa Efek Indonesia untuk bisa memberikan pengenalan pasar modal kepada anggota lainnya di sejumlah acara HIPPI. “Dengan kunjungan kami ini, kami sudah sampaikan ke bursa bahwa kami akan bermitra. Kemudian juga nanti pada saatnya ada acara, kami akan undang juga bursa efek untuk sosialisasi secara langsung. Dan, kami juga akan menghubungi DPDDPD HIPPI seluruh Indonesia supaya mereka bisa ikut sosialisasi yang dilakukan Bursa Efek Indonesia,” jelas Sarman.
      
      “Prinsipnya cuma satu, perlu sosialisasi yang lebih intensif dari BEI supaya masalah pasar modal ini adalah hal yang betul-betul menjadi suatu tradisi dan budaya di kita,” tandasnya.
Sumber: www.swa.co.id tanggal 6 Februari 2013

Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan perusahaan go public?
2. Apa yang dimaksud dengan tbk?
3. Mengapa banyak perusahaan belum berminat untuk go public?

4. Keuntungan apa saja yang didapat perusahaan apabila perusahaan tersebut go public?
_______

Tugas-tugas Semester II:
BAB 6 PG dan Essay
BAB 7 PG nya saja
BAB 8 PG dan Bag C
BAB 9. Tugas Analitik di atas.

Semua Tugas paling lambat dikumpulkan Kamis tgl 28 Mei 2015.

Rabu, 04 Maret 2015

Tugas Bab 6 Ekonomi (Kelas XI sms2)

BPS: inflasi 2013 sebesar 8,38 persen

Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat laju infl asi Desember 2013 mencapai 0,55 persen sehingga laju inflasi tahun kalender 2013 maupun secara tahunan tercatat sebesar 8,38 persen. Infl asi komponen inti Desember mencapai 0,45 persen dan infl asi komponen inti 4,98 persen, Kepala BPS Suryamin menyatakan hal ini di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan inflasi Desember lebih tinggi dari infl asi November yang tercatat 0,12 persen. "Angka infl asi ini tidak terlalu beda dengan tahun lalu," kata Suryamin. Suryamin menjelaskan angka inflasi Desember 2013, hampir sama dengan infl asi Desember 2012 yang tercatat sebesar 0,54 persen dan infl asi Desember 2011 sebesar 0,57 persen. "Ini berarti pemerintah berhasil melakukan upaya untuk menekan harga dan inflasi menjelang akhir tahun," katanya.

Suryamin menambahkan komponen inflasi umum pada Desember 2013 menyumbang andil 0,55 persen, diikuti infl asi inti 0,27 persen, harga diatur pemerintah infl asi 0,1 persen serta harga bergejolak 0,18 persen. Sedangkan, berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok bahan makanan menyumbang infl asi 0,2 persen diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,12 persen dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,1 persen. "Kelompok bahan makanan masih memegang peranan besar, karena akhir tahun ini ada hari raya Natal dan perayaan tahun baru, tapi secara umum masih terkontrol dengan baik," kata Suryamin.

Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok sandang, kelompok kesehatan serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,01 persen.
Suryamin menambahkan, dari 66 kota Indeks Harga Konsumen ( IHK) sebanyak 61 kota mengalami infl asi pada Desember dan hanya lima kota yang tercatat menyumbang defl asi. " Infl asi tertinggi terjadi di Manado sebesar 2,69 persen, infl asi terendah di Palembang dan Tangerang masing-masing 0,04 persen. Sedangkan deflasi tinggi terjadi di Padang Sidempuan 0,44 persen," katanya. Sumber: antaranews.com, 2 Januari 2014

Pertanyaan
1. Inflasi terbesar pada Desember 2013 terjadi pada kelompok apa? Mengapa hal ini dapat terjadi?
2. Mengapa inflasi tertinggi pada bulan Desember 2013 bukan pada kelompok pendidikan?

3. Dari bacaan di atas, apkja yang dapat disimpulkan tentang penyebab inflasi?

Kamis, 25 September 2014

Tugas BAB II Ketenaga kerjaan



Tugas:
1. Bacalah artikel di bawah ini
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan setelahnya

Hadapi MEA, Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja RI Masih Kalah
Pemerintah menyatakan tingkat produktifitas dan pendidikan tenaga kerja di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Padahal Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015. Dalam era liberalisasi pekerja terampil dibutuhkan untuk bekerja di wilayah ASEAN.

Produktifitas tenaga kerja Indonesia untuk menghadapi MEA yang berbasis kompetensi masih dipertanyakan. Tingkat pendidikan pekerja di Indonesia untuk usia 25 tahun ke atas saja, rata-rata lama sekolahnya 5,8 tahun. Sementara itu, Malaysia 9,5 tahun, Filipina 8,9 tahun dan Thailand 10,1 tahun. Apalagi dengan Singapura, Indonesia jelas lebih rendah. Inilah yang menggambarkan kesiapan tenaga kerja kita di ASEAN. Demikian ujar Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN), Armida Alisjahbana di acara Seminar Nasional Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Jakarta, Rabu (26/3/2014).

Untuk meningkatkan profesionalitas tenaga kerja Indonesia, kata Armida, salah satunya melalui pendidikan, baik formal maupun non formal. Sebab, hanya sekitar 5% pekerja di Indonesia yang mengaku mendapat pelatihan.
 
Selain itu, Armida menjelaskan, Indonesia perlu meningkatkan produktifitas tenaga kerja seperti Korea Selatan, Taiwan, dan China serta negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa/Afrika Selatan). Programnya termasuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam ketenagakerjaan.Partisipasi kerja perempuan sangat besar untuk meningkatkan leverage ekonomi. Karena selama 20 tahun, tingkat partisipasi kerja wanita Indonesia tidak banyak bergerak hanya 50,3%. Sedangkan Thailand 45,4%, Filipina 41,8%. Kontribusi perempuan pun lebih banyak di sektor yang punya nilai tambah rendah,” papar dia.

Sementara Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh mengatakan, Indonesia membutuhkan 113 juta tenaga kerja yang memiliki kompetensi, mengingat potensi pendapatan mencapai US$ 1,8 triliun pada 2030. Saat ini baru 55 juta pekerja berketerampilan.”Tenaga kerja yang punya keterampilan semakin naik setiap tahun. Kalau tidak punya keterampilan, bisa jadi bencana. Makanya kami pakai pendekatan mendidik sejak dini, sekolah tinggi dan menjangkau lebih luas,” ucapnya.

Dari data ILO pada tahun lalu, ada sekitar 300 juta kesempatan kerja di kawasan ASEAN dan pasifik. Sedangkan 1% pertumbuhan ekonomi mampu menyerap 200 ribu tenaga kerja.
(Sumber: Agustina Melani: http://bisnis.liputan6.com)

Pertanyaan:
1. Apa pengaruh tingkat pendidikan terhadap tenaga kerja?
2. Apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi masalah ini?
3. Apa sebaiknya program yang diterapkan pemerintah untuk mengatasi masalah ini?