Sebagian Karyaku

Sebagian Karyaku
Hasil Goresan dari tahun 2010-2013

Ruang Singgah

Ruang tempat persinggahan imaji, mencari arti sunyi yang tersembunyi dalam diri demi meniti Cinta-Nya

Selasa, 03 Januari 2012

Kumaknai ini sebagai Kebaikan dari-Nya

Tahun 2009. Tepatnya Mei. Aku mulai aktif di jejaring facebook, mulanya niatku adalah mencari teman lama yang sudah tidak lagi berinteraksi. Namun yang kucari tak semudah mencari korek dalam kotaknya, yang pada akhirnya kuberteman dengan para penulis senior (yang sudah menerbitkan buku dan karyanya sudah melambung di media-media cetak) itu pun bukan berasal dari daerahku (Bandung) kebanyakan dari Jakarta dan luar propinsi. Kiriman buku dari teman-teman penulis pun mengalir dari penulis yang sedaerah sampai yang luar propinsi sebagai hadiah atas keproduktifanku di FB dalam menulis dan suamiku pada suatu ketika sempat cemburu karenanya.

Ketulusan mereka dalam bersahabat sungguh menyentuh hati terdalam. Setiap ada even mereka mengundangku bahkan sempat dijadikan pengisi acara di beberapa launching. Tanpa melihatku (basic-ku) dari mana mereka sangat appreciate sekali dan itu yang jarang kutemui dari persahabatan-persahabatan sebelumnya. Aku nyaman ternyata dalam komunitas seperti ini, ada sebuah pengakuan dan penghargaan bagi pemula sepertiku, tak ada kata memilah atau memilih.

Terus terang aku tak pernah merasa sebagai penulis atau penyair, sungguh apa yang kutulis hanyalah sebuah perjuangan dalam menyiasati waktu yang terus berguguran supaya tidak ikut berguguran mengering lalu membusuk bersama tanah yang menimbuniku kelak. Ada semacam keinginan untuk membuat sebuah karya agar suatu saat ada sejarah untuk anak cucuku di kala aku sudah tiada.

"Teteh, mau ya.. mengendorse buku baru yang akan diterbitkan kami?" sebuah tawaran pertama dari salah satu penerbit yang cukup besar di Kota Bandung. Pada mulanya, aku ragu....
dengan diri sendiri yang merasa apakah aku sudah layak memberi sebuah endorse.. arti endorsenya saja, aku tak tahu waktu itu, sampai-sampai ku bertanya pada salah seorang teman di Fb.

Setelah itu, karyaku dimuat juga di media online. Kemudian berteman juga dengan cerpenis romantis yang aduhai indah pilihan diksinya, dan aku ditawari juga untuk mengisi di acara launching bukunya. Kukira tak akan berlanjut sampai sekarang, dan itu sungguh kumaknai sebagai kasih sayang-Nya. Di tengah harapan orangtua akan profesi PNS yang tak kunjung dapat kutunaikan, justru Allah memberiku jalan lain. dan sempat kumerenung, inikah jalanku dari-Nya?

Setelah kuyakini ini adalah jalan dari-Nya, aku pun ikut bergabung dalam sebuah komunitas sastra di Bandung. Itu juga atas rekomendasi sahabat Jogjaku. Mulai bersentuhan dengan dunia sastra memang sesuatu yang berbeda, aku yang terbiasa dengan akuntansi dan berbagai aktivitas otak kiri harus berkenalan dengan kedinamisan otak kanan. Tuhan terlalu baik untukku. Ada warna lain dalam hidupku yang lurus-lurus saja. terimakasih Tuhan.

Setelah 16 tahunan, baru lagi ku membaca puisi di depan umum yang sempat membuat suamiku terkejut. "Ternyata istriku seorang pembaca puisi yang cukup menyentuh." Katanya seusai ku membaca sebuah puisi di gedung putih itu. Dan setelah itu, ada beberapa acara yang melibatkanku. Mulai untuk penggalangan dana sampai pada launching-launching yag mengejutkan.

Sebagai pemula selalu ada harapan untuk membukukan karya, sempat para penyair muda merencanakan membuat antologi namun sampai saat ini tidak jadi-jadi. Apa kabar, syair-syairku? Lalu kemudian Bersama Gerimis terbit bersama sahabat-sahabat di Majelis Sastra, dan Hampir Sebuah Metafora bersama teman-teman penulis di FB sudah purna, di e-book juga ada karyaku Ketika Penyair Bercinta, dalam jedaku terkadang kusempatkan ikut lomba yang hasilnya dibukukan di antaranya Kepingan Kehidupan, dan Selaksa Makna Ramadhan, dua lagi sedang proses dibukukan. Di antara kesibukanku membuat soal, tiba-tiba ada seorang editor majalah remaja yang menawariku untuk mengisi kolom cerpen guru itu pun dadakan. Alhamdulillah, cerpen pertamaku juga nampang di majalah meski sebatas 6000 karakter.

Dan sebagai kado terindah di akhir tahun tiba-tiba sahabat penyair dari Sukabumi mengajakku ikut dalam sebuah antologi Hati Perempuan yang merupakan karya yang lura bisa, karena di dalamnya memuat syair-syair dari para perempuan hebat Indonesia yang beragam profesi sampai-sampai ibu walikota kepulauan Riau pun ikut meramaikan antologi kami. Yang tak kalah mengejutkan setelah Hati Perempuan, tiba-tiba ada pesan masuk di inbox. "Mbak, tolong kirimkan biodata, untuk pembuatan antologi Suluk Mataram yang memuat 50 penyair." Subhanallah. Alhamdulillah... Gratis! Bukan Indie...

Ya Allah, terima kasih. Nikmat Tuhan yang manakah, yang mesti kudustakan. Meski ku sering mengeluh dengan sakitku, namun Engkau telah siapkan penawar sakitku.

By: Liz
Bandung, 3 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar