Tak ada lagi ruang, selain Ruang Rahim-Mu
Bandung, 10 Februari 2010
***
Menata Denah Muthmainah
Kutersungkur di bawah rembulan
kumerintih di terik matahari
kutengadah di bawah kubah cakrawala mayapada
kuterpekur di balik uzur bathin yang tak berkesudahan
Kucoba menata denah rumah muthmainah di jiwa yang merendah
menghilangkan sekat pembatas di rongga dada
memberi lubang udara di atap yang meratap
membuka celah di jendela mata dan telinga
menanam kasih di pintu hati tak bernoda.
Bandung, 09 Februari 2010
By: Liz
***
Egomu telah meluluhlantakkan puing bahagiaku. Kau penggal harapku sampai ke ujung mimpi. Kini aku berada dalam lingkaran ketakutan, kau dera aku dengan cambuk kuasamu. Kejadian itu adalah bayangan hitam dalam hidupku dan sungai kembarpun selalu tumpah dibuatnya. Apa sebaiknya aku harus pergi untuk selamanya? sehingga kau tak perlu susah-susah menyusun puzzle dendam." Ya..Ilahi seandainya bahagia itu hanya bisa kudapat dalam Peluk-Mu, Peluklah aku dalam hangatnya Pangkuan-Mu. Ya..Ilahi hanya Engkau-Lah Cintaku. Tak ada lagi ruang untukku selain ruang Rahim-Mu, ruang yang paling kurindukan untuk menumpahkan segala resahku. Kini ruang mimpiku telah hilang, karena kau selalu saja ada di setiap sudutnya. Dimanapun aku singgah tak lagi kurasakan hembusan angin ketenangan selain di ruang Mahabbah-Mu. Maka sambutlah aku.. aku rindu belaian-Mu.
Bandung, 10 Februari 2010
***
Menata Denah Muthmainah
Kutersungkur di bawah rembulan
kumerintih di terik matahari
kutengadah di bawah kubah cakrawala mayapada
kuterpekur di balik uzur bathin yang tak berkesudahan
Kucoba menata denah rumah muthmainah di jiwa yang merendah
menghilangkan sekat pembatas di rongga dada
memberi lubang udara di atap yang meratap
membuka celah di jendela mata dan telinga
menanam kasih di pintu hati tak bernoda.
Bandung, 09 Februari 2010
By: Liz
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar