Rinai Inai
Rinai inai bertabur di indahnya warna pelangi
kutangkap dan kugenggam serbuk sarinya
halus
lembut
kuelus
dan kusambut
beberapa detik kupetik putik dengan jemari lentik
aku melayang terbang seakan ringan tanpa beban
menikmati keindahannya sebagai panorama tak terlupakan
inai-inai itu berwarna jingga
warnanya memang memikat hati
menghiasi kuku di jemari hati
namun warna inai tidak bertahan lama
kini telah memudar tersengat panasnya mentari
bahkan habis terdesak kuku yang baru tumbuh.
Mayat Tersekat Penat
Di rongga penat tergeletak seonggok mayat
bersimbah darah amarah berlumur debu uzur
ditikam pisau senja disekat tali ambisi
ilusi dan imaji malah melayang terbang
jenuh membunuh keranda bosan dipesan
terpuruk membusuk di sudut kaku
terserak hanya di pusara benak
mata terbelalak tak berudara
mulut menganga tanpa kata.
by: Liz
Bandung, 4 Februari 2010
Rinai inai bertabur di indahnya warna pelangi
kutangkap dan kugenggam serbuk sarinya
halus
lembut
kuelus
dan kusambut
beberapa detik kupetik putik dengan jemari lentik
aku melayang terbang seakan ringan tanpa beban
menikmati keindahannya sebagai panorama tak terlupakan
inai-inai itu berwarna jingga
warnanya memang memikat hati
menghiasi kuku di jemari hati
namun warna inai tidak bertahan lama
kini telah memudar tersengat panasnya mentari
bahkan habis terdesak kuku yang baru tumbuh.
Mayat Tersekat Penat
Di rongga penat tergeletak seonggok mayat
bersimbah darah amarah berlumur debu uzur
ditikam pisau senja disekat tali ambisi
ilusi dan imaji malah melayang terbang
jenuh membunuh keranda bosan dipesan
terpuruk membusuk di sudut kaku
terserak hanya di pusara benak
mata terbelalak tak berudara
mulut menganga tanpa kata.
by: Liz
Bandung, 4 Februari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar