Di Kaki Langit-Mu Kuberdiam
Di kaki Langit-Mu kuberdiam, bersama teman kutenggelam
mengaduk hikmah dalam madah tak berkekalan
kukayuh bahtera di tengah Lautan Cinta-Mu
yang dalam Rahim-Mu selalu saja kudapatkan Rahman-Mu
setinggi dan seterjal tebing licin jalan yang kudaki
kutetap menahan nafas menyimpan peradaban suci
di lubuk bukit tak berpenghuni kuberhenti berlari
seakan menikmati tapak-tapak sejarah terindah
kumengendap-ngendap mencari dimana arah kiblat
kumengintip bilik tak berlarik di pinggiran sajadah tanah
kucium bumi dimana kuberpijak dan diinjak jejak
wangi aroma tubuhku menyatu dalam kerendahanku
bersama tanah-tanah yang basah dalam memuji-Mu.
By: Liz
Bandung, 16 Februari 2010
****
Telunjuk
Telunjuk
Tunjuk
Menunjuk
Ditunjuk
Telunjuk akan tetap menjadi telunjuk
Tidak menunjuk-nunjuk
Ataupun ditunjuk-tunjuk.
By: Liz
Bandung, 15 Februari 2010
****
Denting Dawai hati
Denting dawai hati memenuhi relung jiwa
alunannya nan merdu membuatku terpaku
perlahan kuterbawa suasana yang melena
aku terbang melayang ke dunia nirwana
aku singgah di sebuah taman penuh bunga
namun ku tak kuasa memetiknya
aku masih merasa bukan pemiliknya.
By: Liz
Bandung, Desember 2009
***
Di kaki Langit-Mu kuberdiam, bersama teman kutenggelam
mengaduk hikmah dalam madah tak berkekalan
kukayuh bahtera di tengah Lautan Cinta-Mu
yang dalam Rahim-Mu selalu saja kudapatkan Rahman-Mu
setinggi dan seterjal tebing licin jalan yang kudaki
kutetap menahan nafas menyimpan peradaban suci
di lubuk bukit tak berpenghuni kuberhenti berlari
seakan menikmati tapak-tapak sejarah terindah
kumengendap-ngendap mencari dimana arah kiblat
kumengintip bilik tak berlarik di pinggiran sajadah tanah
kucium bumi dimana kuberpijak dan diinjak jejak
wangi aroma tubuhku menyatu dalam kerendahanku
bersama tanah-tanah yang basah dalam memuji-Mu.
By: Liz
Bandung, 16 Februari 2010
****
Telunjuk
Telunjuk
Tunjuk
Menunjuk
Ditunjuk
Telunjuk akan tetap menjadi telunjuk
Tidak menunjuk-nunjuk
Ataupun ditunjuk-tunjuk.
By: Liz
Bandung, 15 Februari 2010
****
Denting Dawai hati
Denting dawai hati memenuhi relung jiwa
alunannya nan merdu membuatku terpaku
perlahan kuterbawa suasana yang melena
aku terbang melayang ke dunia nirwana
aku singgah di sebuah taman penuh bunga
namun ku tak kuasa memetiknya
aku masih merasa bukan pemiliknya.
By: Liz
Bandung, Desember 2009
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar