Kulihat..seraut wajah yang kini mulai keriput
namun bahtera kasih sayangmu tak pernah puput
walau usiamu kini mulai tersudut dan kian surut
alangkah tidak patut bila aku tidak turut
dengan segala yang engkau tuntut
dan akupun harus berusaha tetap panut
Wahai bunda...
Lautan cintamu tak pernah kering
walau bumi kita dil anda global warming
namun tetap tersungging dan tak bergeming
payung keteduhan jiwa selalu teiring
harapan dan do'a selalu kudengar tak asing
wahai bunda...
telaga segala rasa.. muara segala duka
kini aku telah dewasa bahkan berkeluarga
namun engkau tak bosan tuk memanja
alangkah berdosa jika aku tak punya rasa
untuk tetap hormat dan bertegursapa
Wahai bunda...
setiap kubangun kulihat do'a sedang ditenun
di atas sajadah engkau memanjatkan ampun
untuk anaknya yang kini sedang tertegun
dengan semua yang telah engkau tuntun
wahai bunda...
aku tak ingin jadi anak durhaka
hanya karena masalah kata yang tak tercerna
aku selalu ingat di bawah telapakmu ada surga
maka kini aku sedang belajar menyusun kata
yang santun dan jauh le bih bermakna
Wahai bunda...
aku malu kini usiaku sudah tak remaja
aku telah dewasa bahkan mulai menua
namun hanya bisa membuatmu kecewa
bukannya rasa yang membuat bahagia
Wahai bunda...
maafkan dan ampunkan anakmu
bila selama ini hanya sebagai benalu
pada pohon benak dan ingatanmu
kupanjat hanya satu do'a dan restu
semoga Allah selalu menyayangimu.
Bandung, 18/12/2009
by: Liz
Jum'at, 12.40
(Puisi ini kupersembahkan utk ibuku... love U bunda...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar