Sebagian Karyaku

Sebagian Karyaku
Hasil Goresan dari tahun 2010-2013

Ruang Singgah

Ruang tempat persinggahan imaji, mencari arti sunyi yang tersembunyi dalam diri demi meniti Cinta-Nya

Rabu, 16 Desember 2009

OASE di Padang Facebook

Facebook adalah sebuah situs jejaring sosial yang dapat digunakan sebagai alat penghubung dengan teman lama atau membuka relasi baru maupun berbagi pengalaman. Pertama kali kubuka facebook niatnya adalah menjalin silturahim dengan sahabat yang lama tidak pernah berjumpa. Mulai dari teman bermain waktu kecil, teman mengaji, teman sekolah, teman kuliah, rekanan kerja, teman yang memang dikenal, sampai murid yang aku ajar.

Awalnya buka facebook membosankan karena teman-teman yang aku cari tidak juga muncul, justru yang tidak dikenal malah menawarkan pertemanan. Aku mencoba berteman dengan nama-nama penulis, pengisi kajian-kajian, beberapa diantaranya adalah ustadz, group-group yang mengatas namakan kebenaran, anggota dewan, murid-muridku, sampai-sampai tanpa disengaja aku sempat nyangkut pada sebuah nama yang aku juga menebak-nebak dengan photo dan namanya tapi koq bisa nyangkut..? yaitu seseorang di masa laluku yang berujung pada FB adik-adiknya yang sampai kini ada satu adiknya yang masih suka berinteraksi melalui telpon genggam.

***

Madu kalimantan sampai ada di rumahku juga awalnya dari facebook. Gara-gara aku tulis di status tentang keluhan sakit magku yang sudah mulai kronis. Bahkan beliau sendiri yang sengaja kirim ke rumah menjelang hari Raya namun sayang di saat kunjungan ke rumah aku sedang tidak ada di tempat. (Hatur nuhun Mas).


***

Ba’da Ramadhan..ada 2 teman Fbku yang ingin bertemu langsung, sebelum kedatangannya bertanya nomor telepon genggamku untuk meyakinkan alamat dimana aku tinggal. Dua sampai tiga jam dari sampainya sms tiba-tiba di luar rumah ada yang mencari-cari namaku .. aku keluar setelah kuperhatikan ternyata wajahnya memang tidak asing langsung saja kami bertegur sapa.

“Ini teh Elis ya..?” katanya langsung menyapa. Aku ucapkan salam dan mengiyakan.

“Kalau ini Tri..kan?” disusul teman yang satunya yang memang aku juga sudah akrab di di FB dia Yulia.

“Teteh Mulan Jamila…” menyerobot sambil berjabat tangan.

“Mulan Jamila dari Hongkong..” sahutku.

Subhanalloh dialah teman yang memang ingin ketemu denganku. Kedatangannya membuatku sangat senang, karena ternyata masih ada teman di dunia maya yang masih menyempatkan untuk bersilaturahim. Kalau aku menyimpulkan dari karakter teman-temanku ini ada sebuah masalah yang sedang menerpa dalam kehidupannya yang memang akan terlalu berat untuk dibahas secara lugas. Namun aku bersyukur masih ada yang menjadikan aku sebagai tempat curahan permasalahan walau mungkin terbatas dalam memberikan solusi tetapi setidaknya aku berusaha untuk bisa membantu. Karena bukankah Allah berfirman di dalam Q.S Ali-Imron: “bahwa qta sebagai orang yang beriman harus saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.” Terimakasih Ya Alloh…

***

Aku juga berteman dengan beberapa artis namun yang paling berkesan adalah dengan sosok yang aku sangat apresiate terhadapnya yaitu seorang komedian lawas yang berasal dari Tanah Madura beliau adalah Pepeng Ferasta Soebardi yang telah hampir empat tahun beliau harus selalu berbaring karena suatu penyakit yang menyerang syaraf pusatnya yang disebut dengan multifle scleorosis istilah kedokterannya. Subhanallah aku belajar dari semangat beliau untuk tetap semangat dalam menjalani hari-harinya terutama aku salut kepada isterinya yang selalu sabar mendampingi beliau yaitu Utami Mariam Siti Aisyah, “Mba Tami” sapaan akrabnya. Aku coba menyapa lewat wall di Fbnya dengan kata-kataku yang santun yang bunyinya tak lebih seperti ini

”Assalamu a’laikum..syukran ustadz sudah berkenan mengkonfirm requestku semoga qta bisa menjalin ukhuwah..” tak diduga beliau menjawab “Wa a’laikum salam, jangan panggil ustadz dong…ga enak dikuping, panggil abang aja.. “

Aku merasa tidak nyaman memanggil beliau dengan panggilan abang karena memang usiaku jauh lebih muda dan memang aku hormat kepada beliau tapi karena keingiannya seperti itu akhirnya aku panggil beliau abang. Aku utarakan bahwa aku juga salut terhadap isteri beliau yang sedikitnya aku mengenalnya melalui media massa, majalah, maupun lewat televisi. Beliau menawarkan sebuah buku yang dikarang isterinya yang berjudul That’s all. Yang sekarang telah selesai aku baca dan menambah koleksi bacaanku yang berderet di rak buku kamarku.

Percakapanpun mengalir begitu saja yang tadinya lewat FB yang berujung mengirim sms lewat hp. Yang katanya akan ada acara di Bandung, kamipun bersepakat untuk bertemu langsung sekalian bersilaturahim dengan keluarga belilau di Aston Braga Bandung. Sesampainya di lobi hotel aku minta resepsionis untuk disambungkan ke bang Pepeng tapi yang terima mba Tami karena waktu itu bang Pepeng sedang istirahat awalnya kami merasa canggung karena baru pertama kali bertemu namun mba Tami sudah sebegitu akrab bahkan kami diminta untuk menemuinya langsung ke kamar 212, setelah ada di depan pintu kami mengetuk dan mba Tami sendiri yang menyambutnya, di sana ada seorang ibu sepuh dan 2 orang anak yang sedang main laptop. Ibu sepuh itu ternyata ibunya bang pepeng. Kami ngobrol bagai teman lama yang baru berjumpa, setelah agak lama akhirnya bang Pepeng meminta kami masuk ke kamarnya.

Ketika kubuka pintu kamar di atas tempat tidur terbaring sesosok orang yang tinggi besar rambut ikal diikat ke belakang , pakai kacamata, kulit bersih, wajah bersinar penuh senyum, bersandar di bantal, dengan berselimut disampingnya terdapat beberapa obat-obatan, di sebelah kiri ada kateter tergantung, bagaikan di rumah sakit. Awalnya aku tertegun dengan sosok bang Pepeng yang katanya sakit namun tak sedikitpun ekspresi sakit terpancar di wajahnya, bahkan kesegaran yang muncul di balik senyuman di saat menyambut kami.

Subhanallaah, inilah sosok ketegaran dari seorang bang Pepeng yang selama ini memang sering diulas di beberapa media. Alhamdulillaah ya..Allah Engkau pertemukan kami dengan sosok yang memang sebagai teladan buat kami. Pertemananpun terjalin suamikupun menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke tempat tinggalnya di Cinere yang disambut kehangatan dari seorang bang Peng. Semoga Alloh memberkatimu bang…selamat aku ucapkan, engkau telah menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur di hadapan-Nya.

***

Pagi-pagi sebelum beraktivitas aku sempatkan buka FB, di tab home ada beberapa permintaan teman jatuh pilihan pada satu teman yang tidak berfoto, profilnya seadanya, tadinya tidak aku konfirm tapi setelah kulihat linknya ternyata dari teh Sasa (salah seorang ustadzah pengisi kajian Muslimah di BMC (Bandung Muslimah Centre) yang memang isteri dari seorang ustadz pengisi kajian ta’lim MPI (Majelis Percikan Iman). Dikarenakan figur teh Sasa yang memang tidak aku ragukan akhirnya aku konfirm. Beberapa menit kemudian telpon genggamku berbunyi setelah aku angkat ternyata dari teman yang baru saja aku konfirm. Dia menanyakan boleh ga kalau berteman dan mengucapkan terima kasih karena sudah dijadi kan teman di Fbnya..aku menyetujui karena aku menganggapnya sebatas teman.

Hari terus berlalu namun teman yang satu ini terus muncul di telpon genggamku, awalnya aku tidak keberatan karena aku merasa ada teman yang bisa diajak ngobrol bahkan tidak sedikit ada curhatan yang berakhir dengan solusi. Setiap kali setelah nelpon aku selalu mengingatkan diantara kita tak ada apa-apa kan .. hanya teman kan? Kita juga menyepakati memang seperti itu. Sampai pada kecurigaan suamiku karena kadang menelpon pada waktu yang tidak semestinya, suamiku pun tidak tinggal diam beliau melayangkan SMS yang isinya “ada maksud apa sering telpon istriku”..namun tak ada jawaban.

Dan aku sudah merasa ga nyaman kalau ditelpon karena aku merasa suatu rasa yang memang ini orang pasti ada unsur lain selain bershabat. Akhirnya aku putuskan untuk bersikap tegas ..di keesokan harinya di saat aku sedang di kelas telpon gengam ku berbunyi awalnya tidak aku angkat tapi waktu itu ada muridku yang penasaran ingin tahu.. dan aku juga kayanya harus tegas. Disaat aku tanya serius jawabannya selalu bercanda, ditanya kebenaran tentang sms suami yang awalnya tidak mengakui tapi akhirnya menjawab iya pernah aku tanya kenapa nggak dijawab dia katakan karena ga berani. Aku tegaskan kalo memang ingin berteman denganku kuncinya satu harus ada ijin suamiku, tapi jawabnya tetap nggak berani malah dijawabnya ringan saja. Padahal waktu itu aku sudah super serius, aku tutup telpon genggam dia layangkan sms yang intinya memang dia ada harapan padaku selain sebagai sahabat dia juga berharap lebih. Semenjak itu setiap deringan telpon genggamku tidak pernah aku angkat lagi padahal sampai saat inipun dia gak pernah berhenti misscall aku. Terakhir aku angkat dengan jawaban “mau apa lagi….? Kan semuanya sudah jelas, aku harap mengerti dengan kondisi yang ada..bagiku suami adalah segalanya ridhonya Allah ada pada ridho suami, kalau suamiku sudah tidak ridho ya…sudah tak ada lagi kesempatan untuk berteman, maaf saja.” Dah klik aku tinggalkan telpon genggamku. (Aya –aya wae..).

***

Lepas dari masalah itu ada teman Fbku yang kini ngekos di rumah ibuku, awal ceritanya dari permintaan tolong seorang murid yang katanya..”Bu bisa tolongin Wino ngga..?” emang kenapa? Itu teman wino sudah 2 minggu kabur dari rumah coba lihat isi statusnya ngeri..katanya tentang kematian terus..aku coba cari di kotak chatt awalnya tak ada nama yg dimaksud namun dengan pemberitahuan dari muridku akhirnya aku coba untuk menyapa dan memancingnya supaya mau bercerita kenapa sampai bertindak seperti itu…akhirnya mengalirlah sebuah cerita masa lalu yang membuatnya bisa menyadari bahwa sikapnya salah setelah beberapa lama akhirnya ada semacam ketenangan juga yg didapatnya dari ceritaku yg menyisakan sebuah semangat dalam hidupnya kini.

Pengalaman hidup memang akan membuat seseorang bisa bangkit dan bisa juga sebaliknya jatuh terpuruk yang berakhir pada keputusasaan, namun tinggal bagaimana kita dalam menyikapinya apa sebagai musibah atau sebagai anugerah. Hanya orang yang berimanlah yang bisa menyikapi musibah sebagai anugerah karena disitu terletak hikmah yang begitu indah apabila kita lewatkan begitu saja. Hari-hari akan terasa begitu indah karena betapa Allah sangat mencintai hamba-Nya. Disinilah letak ujian yang berikan apakah hamba-Nya tahan dengan kesulitan hidup atau justru malah merasa kesusahan dan merana.

***

By the way dengan kejadian-kejadian yang silih berganti dari hari ke hari membuatku sering merenung, dulu aku sempat tersaruk-saruk mencari setitik perhatian mengemis sebuah senyuman meronta-ronta seonggok banyolan dari seseorang yang aku anggap sebagai orang yang paling berarti dalam hidupku. 7 tahun…kehambaran cukup pahit dalam berumahtangga karena mahligaiku hanya dibangun oleh keseriusan tanpa ada humor, keceriaan, senyuman, perhatian. Diantara kami serius dengan kesibukannya masing-masing. Suamiku seorang sosok yang terlalu kaku, idealis dan terlalu serius terhadap pekerjaannya.

Terkadang aku sering meneteskan air mata dikala mendambakan perhatian dari suamiku, ditengah kehampaan muncullah orang di masa laluku yang sempat membuatku terombang-ambing. Kecemburuan mulai menghiasi perasaan suamiku…dan aku sadar betapa tidak walau bagaimanapun aku adalah isteri yang sangat dicintainya, walau mungkin belum bisa memenuhi semua harapanku. Yang kedua, kecemburuan itu kembali menghiasi wajah suamiku di kala datangnya teman Fbku yang pernah merasa bangkit setelah mendapat secercah hikmah dari kata-kataku lewat chat, ditambah lagi dengan adanya orang misterius yang selama sebulan ini sering menelponku…lengkap sudah kecemburuan suamiku.

Suamiku jadi lebih protektif, setiap kali aku buka FB beliau selalu mendampingiku sampai larut malam, padahal selama ini setiap kali aku On Line beliau ga pernah menghiraukan aku setiap ada yang komen maupun ngajak chat selalu beliau perhatikan, setiap pulang kerja selalu menyempatkan mengecek telpon genggamku baik melihat isi sms maupun mengecek panggilan tak terjawab (Misscall). Sedikit risi tidak nyaman memang..yang tadinya ga pernah perhatian kini jadi over, namun di balik itu aku mencari mutiara hikmah yang akhirnya aku mengerti dengan semua goresan-goresan takdir yang harus aku selesaikan dalam melukis kehidupan.

Episode demi episode dalam hidup telah membuatku semakin bersyukur karena ternyata perhatian, senyuman, guyonan yang aku dambakan tidak begitu saja aku dapatkan secara instan ternyata Allah mempunyai cara lain dalam mewujudkan harapanku itu, Allah punya warna tersendiri dalam menghiasi kisah kehidupan rumahtanggaku yang aku rasa begitu berwarna. Inilah Oase di padang facebook yang telah membasahi kegersangan hati yang telah lama kering.

Terima kasih ya..Alloh Engkau telah penuhi harapanku ..Alhamdulillaah.


By: Liz

10.00 WIB

18/11/2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar