Duduk di bawah jendela melepas nafas pada kaca tak berdecak, melempar harap pada katup udara yang sebentar hinggap dan sebentar menguap. Ia selalu mendendangkan lagu berirama malam dan mengajak menari angsa di telaga bermandikan rembulan. Senyumnya mengambang digantung angan yang berkepanjangan, seringnya menahan nafas kesesakan di sudut paling sudut pada ruang sunyi. Hingar menjelma sebuah bayangan hitam menakutkan. Lalu ia pun tersesat pada lorong hampa. Apa yang ia bisa, hanya meletakkan katakata pada dinding hati berhiaskan mutiara bening yang kemudian jatuh menjadi hujan bagi bumi setelah dipijak.
by: Liz
Bdg, 3 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar