Sendupun Kian Memucat
Kupandang langit tanpa atap
Kutemukan celah cakrawala
Melepas asa membelah jiwa
Merindu riuh yang terkelupas
Dari kulit bumi yang mulai menua
Di rerimbun hijaunya daun
Kurengkuh segarnya embun
Kuhirup wewangi udaranya
Hingga merasuk ke setiap akarnya lelah
Di gerbang kemilau kesenyapan kuberpadu
tidak lagi berseteru dengan waktu
syahdu mendayu di wajah alam kemayu
warna sendupun kini pucat di ruang penat.
By: Liz
Bandung, 27 April 2010
****
Irama Baru
Ada irama baru dalam rasa
Ntah siapa yang membawanya
Kemarin kereta itu tak bergerak
Kini melaju cepat tak terkekang
Hingga aku tersesat pada rute keasingan.
By: Liz
Bandung, 27 April 2010
Kupandang langit tanpa atap
Kutemukan celah cakrawala
Melepas asa membelah jiwa
Merindu riuh yang terkelupas
Dari kulit bumi yang mulai menua
Di rerimbun hijaunya daun
Kurengkuh segarnya embun
Kuhirup wewangi udaranya
Hingga merasuk ke setiap akarnya lelah
Di gerbang kemilau kesenyapan kuberpadu
tidak lagi berseteru dengan waktu
syahdu mendayu di wajah alam kemayu
warna sendupun kini pucat di ruang penat.
By: Liz
Bandung, 27 April 2010
****
Irama Baru
Ada irama baru dalam rasa
Ntah siapa yang membawanya
Kemarin kereta itu tak bergerak
Kini melaju cepat tak terkekang
Hingga aku tersesat pada rute keasingan.
By: Liz
Bandung, 27 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar