"Senjapun mulai memerah". (Part 2)
Maghrib sudah hampir punah di mamah gelapnya malam, tenggelam menyusup menghampiri Isa.
Di saat aku sedang tilawah di ruang paling asyik, ruang mana lagi selain kamarku. Tiba-tiba terdengar suara kaki-kaki yang melangkah di luar rumah dan sedikit terdengar pembicaraan ada orang yang sedang mencari rumahku. Karena kebetulan di samping kamarku adalah jalanan yang walau kecil namun sering dilalui orang.
“tok..tok…tok..”. Pintupun diketuk disusul suara orang mengucapkan salam.
“Assalamu a’laikum…”
“Wa’alaikumus salam…” jawab kakakku yang memang sedang berada di ruang tamu.
“Mas.. maaf apa benar ini rumahnya Aina?” suara itu muncul dari orang yang baru saja mengetuk pintu.
Kakakku menjawab. “Oh, iya.. benar, ada apa yah..?”.
Dengan diamnya Abi tanpa jawaban,tergurat kebingungan di wajah Abi ketika pertanyaan itu melayang dari kakakku untuknya, dia diam. Namun kakakku seakan memahami isi hatinya yang kemudian disusul dengan perkataan.
“Kenapa bengong? Oh, ya silakan masuk! “ Eh, maaf namanya siapa? aku kakaknya Aina.
"Abi". kak. Jawabnya singkat
“Subhanallaah..” dalam hatiku bertasbih. Aku merasa takjub sekaligus kaget, suara itu kan suara orang yang tadi menjelang Maghrib sempat bertegur sapa di perjalanan, sambil merenung mengenang awal pertemuan hingga menyeretnya sampai ke rumahku. Dalam hati aku mengoceh sendiri, berawal dari angkot.. itupun tak sengaja sorenya berpapasan, malamnya datang. Ada semacam pertanyaan di sudut hati, skenario Allah apa yang akan diputarkan untukku. Di saat sedang asyik bernostalgia dengan kejadian yang tengah kualami, tiba-tiba panggilan kakakku membuyarkan lamunanku.
“Aina! Aina ..! ada tamu.” Kakakku memanggil. Aku segera menyelesaikan tilawahku yang sempat tertunda karena terganggu dengan kedatangannya. Setelah selesai aku keluar dari kamarku yang memang berada didepan dekat dengan ruang tamu.
Obrolan kecilpun mulai mengalir, antara aku, abi, dan kakakku, pembicaraan Abi terkesan akrab. Abipun sempat mengeluh dalam pencarian rumahku, dia nyasar karena petunjuk yang diingatnya hanya Masjid dan lapangan, Abi menemukan Masjid dan lapangan namun di saat bertanya tentang namaku nyaris tak ada yang mengenal. Maklumlah di daerahku masjid dan lapangan berserakan hampir tiap RT ada. Walau demikian Abi masih tetap penasaran untuk mencari. Dalam hati aku sedikit menyesal karena memberi petunjuk yang tidak jelas, aku kan tidak menyebutkan nama Masjid maupun jenis lapangannya, tapi mungkin sudah menjadi kehendak-Nya akhirnya ditemukan juga dengan jalan diantar Dina salah seorang murid ngajiku.
Perkenalanpun berlanjut tanpa ada suatu ikatan apapun, kecuali pertemanan. Akankah pertemanan ini berujung pada bilah-bilah rindu..?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar