Oleh:
Elis Tating Bardiah
“Jika sesuatu hal terlalu dipaksakan maka
hasilnya tidak akan sesuai dengan harapan, dan jeda mungkin lebih baik untuk
sekadar menarik nafas dan rehat sejenak.”
_______
Seperti
biasanya setiap bulan Ramadhan tiba, orderan
mukena dari teman-teman dekat menyapa, begitupun pada tahun ini. Bisa
dikatakan overload buat ukuran saya,
yang hanya berangkat dari hobi tanpa bekal khusus kursus.
Saya
belajar mengutak-atik mesin jahit secara otodidak semenjak lepas dari aktivitas mengajar di SMP dulu. Tahun 2005,
saya membelinya di sebuah toko mesin jahit dan perlahan satu tahun berikutnya
mesin obras pun menjadi kawannya di rumah. Usaha kecil-kecilan ini sengaja
kubuat sebagai jeda dalam aktivitas mengajar, tidak terlalu fokus pada apa yang
akan kuperoleh namun satu hal yang kunikmati adalah proses karena di dalam
membuat suatu produk, begitu banyak ilmu dan hikmah bermunculan. Terlebih lagi
yang paling membahagiakan adalah dapat membantu teman di saat mereka memerlukan
sesuatu untuk beribadah dan mendidik putra-putrinya menuju waladun sholihun (anak yang soleh).
Inilah
ilmu dan hikmah yang kuperoeh di saat melakukan proses pembuatan produk. Di
saat memilih bahan yang akan kujadikan mukena, diperlukan feeling yang klik dengan pemesan dan tentunya harus sesuai dengan trend setiap saat. Melalui feeling ini, ada satu hal yang kuperoleh
yaitu peka/sense atas selera pemesan,
bagaimana karakter pemesan dapat kuketahui dari seleranya.
Setelah
memilih bahan, cutting sesuai pattern (pola) yang telah dibuat. Dalam
memotong dibutuhkan kepercayaan diri
yang kuat karena bahan yang digunakan tidak selamanya enak untuk dipotong ada
yang teksturnya licin seperti halnya semi sutera atau bahan dari silk kalau kita ragu dalam memotongnya
maka lihatlah hasilnya akan didapati miring sebelah atau memang hasilnya tak
sesuai dengan pola.
Kemudian
saat mengerjakannya/menjahitnya, di sinilah perjuangan besar dimulai. WHAT’S
that? KESABARAN, kawan.. karena dalam menjahit ini tak selamanya lancar dan
langsung begitu saja jadi sebuah produk. Pernah kualami saat enak-enak menjahit
dengan frekuensi cepat tiba-tiba karet roda mesin putus padahal sangat diburu
waktu, mungkin itu hal yang sedikit masih bisa di-handle. Namun jika sudah sampai pada benang, hal inilah yang
terkadang mempengaruhi MOOD jadi hilang bahkan pasrah. Karena jalinan benangnya
tak bisa menjalin dengan sempurna. Ini perlu mendiamkan mesinnya beberapa saat
bahkan bisa berhari-hari. Dan anehnya, setelah didiamkan keesokan harinya bisa
lagi menjalin dengan baik, hanya sedikit memutar-mutar bagian pengendali benang
atas. Tapi di saat kita memaksanya untuk bekerja dengan baik justru hasilnya
tambah parah.
Nah,
di sinilah kuperoleh hikmah kembali, “Jika
sesuatu hal terlalu dipaksakan maka hasilnya tidak akan sesuai dengan harapan,
dan jeda mungkin lebih baik untuk sekadar menarik nafas dan rehat sejenak.”
ini adalah pelajaran penting buatku, yang selalu ingin selesai dalam waktu
cepat karena takut mengecewakan pelanggan. Seperti halnya kejadian kemarin ususku sempat keram pada sore jelang takbiran
sampai-sampai tak bisa berdiri bahkan ketawa pun malah bertambah sakit.
Kesabaran
ini berlanjut di saat pengerjaan finishing
touch, dalam proses penempelan assesories
ini perlu waktu yang tidak sebentar. Khususnya mukena yang kubuat tak terlepas
dari yang namanya ornament tempelan
yang kubuat sendiri bisa berupa bunga-bunga atau huruf-huruf dari nama anak
yang dipesan. Karena semua masih serba manual dan tangan inilah yang
mengerjakannya belum ada tangan-tangan ajaib lain yang membantu untuk
menyelesaikannya. Insya Allah mungkin suatu saat hal ini harus dipikirkan
secara matang.
Orderan
mengalir terus padahal aktivitas mengajar masih berlanjut, hingga aku harus
membatasinya menjadi beberapa gelombang. Namun yang kuutamakan adalah pemesan
dari luar kota, mengapa. Karena terbentur moment libur jelang hari raya, di
mana jasa ekspedisi biasanya seminggu sebelum liburan sudah pada tutup.
Dan
pada suatu siang, ada bbm dari pemesan. “Teh, pesanan Saya tolong usahakan hari
Jum’at sudah sampai, karena terakhir masuk kantor hari itu. Saya khawatir ga
sampai pada hari Jum’at.” Katanya. Dengan percaya diri 4 pcs pesanannya, saya
titipkan pada salah satu collega
suami yang bekerja di salah satu jasa ekspedisi. Seminggu sebelum hari yang dijanjikan.
Pagi-pagi dipaketkan, malamnya transaksi via transfer selesai. Namun apa yang
terjadi, ternyata barang yang dikirim via cargo itu belum sampai juga hingga
lebaran usai. Aku yang menjahitnya dengan model yang sedemikian rupa merasa tak ada ekspresi yang berlebih selain perasaan tidak enak kepada pelanggan, yang kesal justru suami pada pihak yang dititipi. Bahkan pemesan berhati malaikat itu telah mengikhlaskannya. Belum juga azzamku untuk mengganti dimulai, Si pemesan me-reorder mukena bahkan menambah jumlah orderannya.
****
Bandung, 19 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar