Kudengar alam bergemuruh memanjat selamat pada bilahan bulan-Mu
detik berdetak semakin keras bertabuh di ujung mata rinduku
menyambut ruhul quddusnya sang pembakar jiwa
jiwajiwa berdebu terbakar, gosong terpanggang,
ujian dari pengikat nasi penguras banyu adalah titah
tempat cerna mengempis peka pada kaum papa
di kala ifthar jadi rebutan dan surga penantian
helai demi helai kisah dosa yang semula berseliweran;
dari mata, mulut, telinga, langkah, dan amalan
merupa propaganda sang propokator maksiat pun tak berlaku
ruhnya teraba, ruhnya tercerna.
mata mengatup ibadah tak tertutup,
jejal ayat pahala berdecak
tabur benih menuai buah berlipatlipat
Rahmatan di bilangan sepuluh pertama, Maghfiratan di bilangan sepuluh kedua,
Itqum min nannaar di sepuluh terakhir; berlepas dari pengikat annaar
Iqra! bermula ayat pada hitungan ke-17
Qadar-Nya pada ganjilnya Lail di sepuluh terakhir
berdiam diri di lorong Darus salam mengupas derasnya dzikir di antara jari dan bibir
Khatamnya shuhur mengukur kadar yang Dia titipkan sebagai tazkiyan nufus
Kemudian lahirlah janin kefitrian dari belahan rahim tangan yang berjabat.
by: Liz
Bdg, 1 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar