LAPINDO… oh.. LAPINDO (1)
Delapan desa telah kau lahap
semburanmu menyisakan tangis
29 Mei hingga kini ranjang-ranjang tak bergoyang,
rumah-rumah sunyi tak berpenghuni,
jeritan hati yang terkoyak semakin memuncak
relief well hanya bercucuran air mata
400 hektar luasnya kolam raksasa hanya berlaga
menahan tekanan lumpurmu yang semakin menggila
empat tahun apa tidak cukup kau membabi buta
sumber kehidupan kami telah kau luluhlantakkan,
mata pencaharian kami telah kau tenggelamkan,
tempat bersemayam kami seenaknya kau diami
surau-surau kami telah musnah kau robohkan
Greenpeace Asia Tenggarapun kelelahan,
menggelontorkan lumpur di depan kantor Menko kesra
Adriano Mazzini dan Anders Nermoen dari Oslo University
dan Gregory Ahmanov dari Moskwa University angkat tangan,
dan berkata “mustahil semburan dapat berhenti”.
Lalu siapakah yang salah atas semua ini
Lumpur berkata:
“aku hanya mengikuti titah sang kreator berwatak predator.”
****
TELUNJUK-MU DI WAJAHKU (2)
Geletar kapar di tanah datar sendupun membayang
Tanah kental panas bercampur gas meranggas ganas
Apa yang terjadi?
orang-orang berlari menepi bumi
Berhamburan karena tanah bersendawa
Tuhan.. ada apa lagi dengan negeri kami
Di perut bumi Sidoarjo telunjuk-Mu kau bentikkan
Apa kami terlalu pongah ?
sehingga tanah terluka kami malah bertanya
kami para semut gelisah namun kaum gajah bermegah
tak semata tanah berontak kurasakan ada telunjuk-Mu
Wajahku, di manakah wajahku akan kuletakkan
Di balik tembok batu atau di dalam goa petapa.
By: Lizkhoirunnisa
Bandung, 22 Mei 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar